Candi Demangan Ngarayudan Ngawi | Peninggalan Sejarah

Sisa Candi yang ada di daerah Ngrayudan Jogorogo Ngawi ,masyarakat disana menyebutnya daerah Demangan ,pada hari tertentu bahkan sering dikunjungi masyarakat Bali ada yang datang secara khusus ke tempat ini,karena menurut mereka tempat ini dianggap tempat suci.

Air Suci Komplek Candi Demangan
Candi Demangan Ngarayudan Ngawi
Komplek Candi Demangan Ngarayudan Ngawi

Batu Lingga Yoni " Demangan Ngrayudan Ngawi "

Batu Bekas Masinan Kijang ada terletak di tengah tengah desa Ngrayudan Jogorogo Kabupaten Ngawi ,konon batu tersebut dulu sering dijilat kijang sehingga sekarang menjadi mengkilap seperti halnya papan kayu yang dihaluskan.



"bila mau copas gambar diatas harap sertakan link sumbernya"

Wisata air terpendam di Ngawi

Trinil dan Benteng Pendhem kental dengan ikatan histori. Aliran Bengawan Solo yang bersinggungan langsung dengan kedua kawasan bersejarah itu merupakan akses transportasi air saat penggalian fosil pithecanthropus erectus oleh Eugene Dubois.
MENYUSURI aliran Bengawan Solo menggunakan perahu karet memberi tantangan tersendiri. Di saat melintas di arus yang deras, tersuguh layaknya olahraga arum jeram. Perahu bisa terpontang-panting mengikuti aliran air. Berbeda dengan arus yang landai. Kecepatan perahu rata-rata bisa 60 kilometer perjam tanpa oleng.
Dan itu dibuktikan jajaran muspida dan wartawan koran ini saat mengikuti napak tilas dari Trinil menuju Benteng Pendhem kemarin (28/11). Meski di beberapa titik bisa membuat jantung berdebar-debar, tapi perjalanan yang menempuh rute 20 kilometer itu serasa mengasyikan. Ini bisa menjadi awal dalam pengembangan potensi wisata air di Kabupaten Ngawi,terang Bupati Budi Sulistyono.
Tepat pukul 09.15 rombongan mulai melakukan persiapan di pinggir bantaran bengawan yang cuma berjarak 100 meter dari Museum Trinil. Sebelumnya dilakukan pembekalan sebentar oleh AKP Sunarto yang tergabung dalam tim Search and Rescue (SAR) Brimob Madiun. Perahu boat yang digunakan sebanyak empat unit. Perahu satu dan dua khusus ditumpangi jajaran muspida. Perahu tiga crew media dan kehumasan. Sedangkan perahu empat khusus untuk tim SAR.
Keempat perahu melaju beriring-iringan tidak sejajar. Hal itu untuk menghindari gelombang air masing-masing perahu. Maklum, bila menerjang gelombang air itu, perahu bisa miring. Itu masih tantangan awal. Yang sedikit membuat jantung dag dig dug saat melintas di aliran deras dengan kedalam cuma setengah hingga 1 meter. Baling-baling perahu bisa menabrak batuan dasar. Bila sudah seperti itu, mesin harus diangkat dan menggunakan kayuh untuk menggarahkan laju perahu. Malah tak jarang tim SAR harus terjun ke bawah sebagai antisipasi perahu nyangkut di bebatuan. Tercatat, sepanjang jalur ada tiga titik yang dianggap bahaya dan enam lokasi status waspada.
Tak hanya merasakan getaran perahu selama perjalanan. Pesona alam unik pun kerap dijumpai. Salah satunya batuan padas yang seolah terpahat secara beraturan. Padahal itu disebabkan gerusan air yang terus menerus. Begitu pula pola kehidupan masyarakat pinggir bengawan yang masih tergantung dengan aliran terpanjang di Pulau Jawa tersebut. Seperti untuk mandi, mencuci dan buang hajat. Meski cukup keruh, warga seolah tak mempedulikannya.
Selama satu setengah jam, iring-iringan mulai bersandar di area Benteng Pendhem. Waktu tempuh terbilang lamban. Kebetulan volume air menurun hari ini (kemarin, Red). Itu yang membuat perahu harus berjalan pelan dan hati-hati, ungkap Bupati Budi Sulistyono usai mengarungi perjalanan.
Kata dia, menyusuri aliran bengawan Solo dari Museum Trinil-Benteng Pendhem merupakan potensi wisata yang masih terpendam. Bila itu nantinya bisa digarap maksimal, tentu saja akan memberi warna tersendiri bagi pariwisata Kota Kripik. Sebagai langkah awal, pemkab akan menggelontarkan tiga perahu boat. Kami yakin, inilah wisata (menyusuri bengawan, Red) menjanjikan untuk Ngawi, ujarnya.
Senada juga dilontarkan Letkol Arm Sugeng Riyadi Komandan Yon Armed 12 Ngawi. Sebelum fosil Trinil disimpan di museum seperti saat ini, Benteng Pendhem-lah yang dulu digunakan untuk penyimpanan. Benteng peninggalan jaman Belanda itu dulu memang digunakan multifungsi. Disamping sebagai zona pertahanan juga dimanfaatkan untuk persinggahan para ilmuwan Belanda. Salah satunya Eugene Dubois penemu manusia purba Trinil pithecanthropus erectus. Nilai histori yang cukup tinggi itulah menjadi alasan kami Benteng Van Den Bosh atau masyarakat lebih mengenal Benteng Pendhem harus dijadikan objek wisata unggulan. Sejak tiga bulan lalu, Benteng Pendhem dibuka untuk umum. Mayarakat bisa melihat bangunan dari jarak dekat,tegas Sugeng Riyadi.

GERAK JALAN MONUMEN SURYO NGAWI

GERAK JALAN "MONUMEN SURYO-NGAWI" BENTUK JIWA KEPAHLAWANAN

SURYO-NGAWI Agenda tahunan gerak jalan tradisional dalam rangka memperingati Hari pahlawan 2011 kali ini (12/11), diawali dari area Wana Wisata Monumen Suryo (Soerjo), Tepatnya di kecamatan Widodaren kabupaten Ngawi dengan jarak tempuh 19Km hingga finish di depan pendopo wedya Graha. 

Bupati Ngawi, Ir.H. Budi sulistiyono dalam uraiannya sebelum melepas ribuan peserta mengatakan bahwa dipilihnya tempat tersebut, agar generasi muda lebih mengingat jasa para pahlawan yang rela meregang nyawa guna mempertahankan keutuhan NKRI. sejarah berdirinya monumen Soerjo (Suryo) tak lepas dari kebiadaban PKI. Pena sejarah mencata kala itu tanggal 10 September 1948, Gubernur Jawa Timur pertama, Raden Mas Tumenggung Aryo Soerjo (RMT-A Suryo) serta 2 perwira polisi di hadang pasukan pemberintak dari Partai Komunis. Ketiganya lantas ditelanjangi dan kemudian dibunuh didalam hutan. Baru keesokan harinya, jasadnya ditemukan oleh seorang pencari kayu bakar.


Kabag Humas Kab. Ngawi. Eko Purnomo.S.Sos memaparkan jumlah peserta gerak jalan kali ini meliputi 5 peserta inti dari pemkab Ngawi, 48 peserta dari pelajar SLTP. 47 peserta dari SLTA dan ditambah sebanyak 62 peserta dari kelompok umum,

<p>Your browser does not support iframes.</p>


Sementara guna meminimalisir kemacetan, pihak lalu lintas memberlakukan jalan alternatif bagi pengguna arah Solo – Ngawi dengan mengalihkan jalur lewat Jogorogo. Sedangkan peserta pertama yang berhasil memasuki garis finish sekitar pukul 13.30 dari awal start tepat 10.00 Wib tadi. Gerak jalan inipun berakhir hingga Magrib tiba.

Ritual Keduk Bedji Wisata Tawun Ngawi

 
Ritual tahun upacara adat Keduk Beji digelar masyarakat desa Tawon Kec. Kasreman Ngawi, pada Selasa Kliwon, 04/10/2011 kemarin. Upacara Keduk Beji ini, merupakan salah satu cara untuk melestarikan adat budaya penduduk Desa Tawun sejak jaman dulu.
Dalam ritual adat ini, seluruh pemuda desa terjun ke kolam untuk mengeluarkan kotoran dari dalam sumber mata air yang bernama Beji. Sumber air ini digunakan untuk menyuplai air kolam renang di tempat wisata Tawun dan untuk mengairi lahan pertanian penduduk sekitar, setiap tahunnya. Antusiasme warga sangat luar biasa pada prosesi adapt ini, terbukti dengan ribuan warga yang menonton sejak pagi hingga siang hari.
“Tujuan utamanya adalah mengeduk atau membersihkan Sumber Beji dari kotoran. Karena di sumber inilah letak kehidupan penduduk Tawun, serta melestarikan lingkungan. Dan diharapkan masyarakat Tawun dapat menanam pohon untuk melestarikan sumber air. Disamping itu tradisi ini untuk nguri-uri budaya leluhur” ungkap Suryo Wirawan Kades Tawun.
Menurut dia, inti dari ritual ini, terletak pada penyilepan atau penyimpanan kendi di pusat sumber air Beji. Pusat sumber tersebut terdapat di dalam gua yang terdapat di dalam sumber. “Setiap tahunnya, kendi di dalam sumber diganti melalui upacara ini. Hal ini dimaksudkan, agar sumber air Beji tetap bersih,” katanya menjelaskan.
Ritual ini berawal dari pengedukkan atau pembersihan kotoran di dalam sumber Beji. Seluruh pemuda desa terjun ke air sumber untuk mengambil sampah dan daun-daun yang mengotori kolam dalam setahun terakhir. Dalam proses ini, diwarnai mandi lumpur oleh para pemuda yang terjun ke air. Mandi lumpur ini dipercaya warga desa setempat untuk membersihkan badan kita. Selain itu, mandi lumpur dipercaya dapat awet muda dan sehat.
Setelah itu, ritual dilanjutkan dengan penyilepan kendi ke dalam pusat sumber. Setelah itu, penyiraman air legen ke dalam sumber Beji dan penyeberangan sesaji dari arah timur ke barat sumber.
Sesaji berisi makanan khas Jawa seperti, jadah, jenang, tempe, yang ditambah buah pisang, kelapa, bunga, dan telur ayam kampung. Selama penyeberangan sesaji, para pemuda yang berada di sekitar sumber Beji berjoged dan melakukan ritual saling gepuk (pukul) dengan diringi gending Jawa.
Ritual tahunan ini diakhiri dengan makan bersama Gunungan Lanang dan Gunungan Wadon yang telah disediakan bagi warga untuk “ngalub” (meraih) berkah. Warga saling berebut makanan yang dipercaya bisa mendatangkan berkah dan keberuntungan bagi kehidupannya kelak.

Sejarah Ngawi

Sejarah Kota Ngawi Jawa Timur :
A. ASAL- USUL NAMA NGAWI
Nama ngawi berasal dari “awi” atau “bambu” yang selanjutnya mendapat tambahan huruf sengau “ng” menjadi “ngawi”. Apabila diperhatikan, di Indonesia khususnya jawa, banyak sekali nama-nama tempat (desa) yang dikaitkan dengan flora, seperti : Ciawi, Waringin Pitu, Pelem, Pakis, Manggis dan lain-lain.
Demikian pula halnya dengan ngawi yang berasal dari “awi” menunjukkan suatu tempat yaitu sekitar pinggir ”Bengawan Solo” dan ”Bengawan Madiun” yang banyak tumbuh pohon “awi”. Tumbuhan “awi” atau “bambu” mempunyai arti yang sangat bernilai, yaitu :
1. Dalam kehidupan sehari-hari Bambu bagi masyarakat desa mempunyai peranan penting apalagi dalam masa pembangunan ini.
2. Dalam Agama Budha , hutan bambu merupakan tempat suci :
- Raja Ajatasatru setelah memeluk agama Budha, ia menghadiahkan sebuah ” hutan yang penuh dengan tumbuh-tumbuhan bambu” kepada sang Budha Gautama.
- Candi Ngawen dan Candi Mendut yang disebut sebagai Wenu Wana Mandira atau Candi Hutan Bambu (Temple Of The Bamboo Grove), keduanya merupakan bangunan suci Agama Budha.
3. Pohon Bambu dalam Karya Sastra yang indah juga mampu menimbulkan inspirasi pengandaian yang menggetarkan jiwa.
Dalam Kakawin Siwara Trikalpa karya Pujangga Majapahit ”Empu Tanakung” disebut pada canto (Nyanyian) 6 Bait 1 dan 2, yang apabila diterjemahkan dalam bahasa indonesia, lebih kurang mempunyai arti sebagai berikut :
- Kemudian menjadi siang dan matahari menghalau kabut, semua kayu-kayuan yang indah gemulai mulai terbuka, burung-burung gembira diatas dahan saling bersaut – sautan bagaikan pertemuan Ahli Kebatinan (Esoteric Truth) saling berdebat.
- Saling bercinta bagaikan kayu – kayuan yang sedang berbunga, pohon bambu membuka kainnya dan tanaman Jangga saling berpelukan serta menghisap sari bunga Rara Malayu, bergerak-gerak mendesah, Pohon Bambu saling berciuman dangan mesranya.
4. ”awi” atau ”bambu” dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia mempunyai nilai sejarah, yaitu dalam bentuk ”bambu runcing” yang menjadi salah satu senjata untuk melawan dan mengusir penjajah yang tenyata senjata dari ”bambu” ini ditakuti dari pihak lawan (digambarkan yang ”terkena” akan menderita sakit cukup lama dan ngeri).
Pada masa perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia ini ada juga ”bambu runcing” yang dikenal dan disebut dengan ”Geranggang Parakan”. Dengan demikian jelaslah bahwa ”ngawi” berasal dari ”awi” atau ”bambu”, Sekaligus menunjukkan lokasi Ngawi sebagai ”desa” di pinggir Bengawan Solo dan Bengawan Madiun.
B. PENETAPAN HARI JADI NGAWI
Berdasarkan penelitian benda-benda kuno, menunjukkan bahwa di Ngawi telah berlangsung suatu aktifitas keagamaan sejak pemerintahan Airlangga dan rupanya masih tetap bertahan hingga masa akhir Pemerintahan Raja Majapahit. Fragmen-fragmen Percandian menunjukkan sifat kesiwaan yang erat hubungannya dengan pemujaan Gunung Lawu (Girindra), namun dalam perjalanan selanjutnya terjadi pergeseran oleh pengaruh masuknya Agama Islam serta kebudayaan yang dibawa Bangsa Eropa khususnya belanda yang cukup lama menguasai pemerintahan di Indonesia, disamping itu Ngawi sejak jaman prasejarah mempunyai peranan penting dalam lalu lintas (memiliki posisi Geostrategis yang sangat penting).
Dari 44 desa penambangan yang mampu berkembang terus dan berhasil meningkatkan statusnya menjadi Kabupaten Ngawi sampai dengan sekarang.
Penelitian terhadap peninggalan benda-benda kuno dan dokumen sejarah menunjukkan beberapa status Ngawi dalam perjalanan sejarahnya :
1. Ngawi sebagai Daerah Swatantra dan Naditira pradesa, pada jaman Pemerintahan Raja Hayam Wuruk (Majapahit) tepatnya tanggal 7 Juli 1358 Masehi, (tersebut dalam Prasati Canggu yang berangka Tahun Saka 1280)
2. Ngawi sebagai Daerah Narawita Sultan Yogyakarta dengan Palungguh Bupati – Wedono Monconegoro Wetan, tepatnya tanggal 10 Nopember 1828 M (tersebut dalam surat Piagam Sultan Hamengkubuwono V tertanggal 2 Jumadil awal 1756 AJ).
3. Ngawi sebagai Onder-Regentschap yang dikepalai oleh Onder Regent (Bupati Anom) Raden Ngabehi Sumodigdo, tepatnya tertanggal 31 Agustus 1830 M.
Nama Van Den Bosch berkaitan dengan nama ”Benteng Van Den Bosch Di Ngawi, yang dibangun pada Tahun 1839 – 1845 untuk menghadapi kelanjutan Perjuangan Perlawanan dan serangan rakyat terhadap penjajah, diantaranya di ngawi yang dipimpin oleh Wirotani, salah satu pengikut Pangeran Diponegoro. Hal ini dapat diketahui dari buku ”De Java Oorlog” karangan Pjf. Louw Jilid I Tahun 1894 dengan sebutan (menurut sebutan dari penjajah) : ”Tentang Pemberontakan Wirotani di Ngawi”. Bersamaan dengan ketetapan ngawi sebagai Onder – Regentschap telah ditetapkan pembentukan 8 regentschap atau Kabupaten dalam wilayah Ex. Karesidenan Madiun akan tetapi hanya 2 regentschap saja yang mampu bertahan dan berstatus sebagai Kabupaten yaitu Kabupaten Madiun dan Kabupaten Magetan. Adapun Ngawi yang berstatus sebagai Onder – Regentschap dinaikkan menjadi regentschap atau kabupaten, karena disamping letak geografisnya sangat menguntungkan juga memiliki potensi ynag cukup memadai.
4. Ngawi sebagai regentschap yang dikepalai oleh Regent Atau Bupati Raden Adipati Kertonegoro pada tahun 1834 (Almanak Naam Den Gregoriaanschen Stijl, Vor Het Jaar Na De Geboorte Van Jezus Christus,1834 Halaman 31)
Dari hasil penelitian tersebut di atas, apabila hari jadi ngawi ditetapkan pada saat berdirinya Onder – Regentschap pada tanggal 31 Agustus 1830 berarti akan memperingati berdirinya pemerintahan penjajahan di Ngawi, dan tidak mengakui kenyataan statusnya yang sudah ada sebelum masa penjajahan.
Dari penelusuran 4 (empat) status Ngawi di atas, Prasati Canggu yang merupakan sumber data tertua, digunakan sebagai penetapan hari jadi ngawi, yaitu pada tahun 1280 Saka atau pada tanggal 8 hari Sabtu Legi Bulan Rajab Tahun 1280 Saka, tepatnya pada tanggal 7 Juli 1358 Masehi (berdasarkan perhitungan menurut Lc. Damais) dengan status ngawi sebagai Daerah Swatantra dan Naditira Pradesa.
Sesuai dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Ngawi dalam Surat Keputusannya Nomor 188.170/34/1986 tanggal 31 Desember 1986 tentang Persetujuan Terhadap Usulan Penetapan Hari Jadi Ngawi maka berdasarkan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Ngawi Nomor 04 Tahun 1987 tanggal 14 Januari 1987, Tanggal 7 Juli 1358 Masehi Ditetapkan Sebagai ”Hari Jadi Ngawi”.
sumber :

Soto Ngawi Karsito

Hai OpenRicers, minggu ini saya dan teman-teman kuliah saya berkesempatan mengunjungi Depok lagi sambil mengikuti launching buku di UI, nih! Sudah lama banget nggak muter-muter cari tempat makan di Depok. Dulu sih jaman masih kuliah sering banget main kesini, sekarang jadi bingung karena makin banyak aja tempat makan baru. Nah, salah satu tempat makan yang saya dan teman-teman kunjungi kali ini namanya Soto Ngawi Karsito. Ini rumah makan udah lumayan lama ada disini. Dulu saya pernah sih mencoba sekali, cuma sudah lupa seperti apa makanannya. Nah, karena penasaran makanya coba kesini lagi soalnya rumah makan ini nggak pernah sepi pengunjung.
Soto Ngawi Karsito

Memasuki rumah makan ini kita akan diingatkan dengan suasana khas Jawa Timur, dengan interior serba kayu dan ukiran-ikiran dindiing mirip dengan keraton Solo. Di sudut ruangan bisa terlihat ada gerobak sate khas Jawa Timur yang antik banget. Ruangan makannya terbagi dua, ada area dengan meja dan kursi dan area lesehan. Kapasitas rumah makan ini mampu menampung 80 orang paling maksimal. Agak sedikit panas sih karena hanya dilengkapi kipas angin besar saja. Tapi cukup nyaman kok.


Untuk masalah makanan, rumah makan ini menyajikan menu khas Indonesia especially khas Jawa Timur. Mulai dari aneka soto Ngawi, gulai, tengkleng, sate, dan ada juga menu standar seperti gorengan dan aneka nasi goreng. Kami pun langsung memesan menu andalan di rumah makan ini soto Ngawi, tengkleng, gulai dan sate ayam. Here it is our menus:

chopstickSoto Ngawi Sapi – 11 ribu
 
Disini ada dua jenis daging untuk soto Ngawi, sapi dan ayam. Dari presentasinya aja saya udah takjub banget pas pertama kali liat soto ini. Penuh banget isinya. Pas saya aduk-aduk ternyata isinya ada bihun, kentang, potongan tomat, daging, kecambah tauge, dan yang seru ada kacang sangrainya. Kuahnya gurih banget dan sedikit kental dengan rasa lada dan pala. 

chopstickTengkleng Kikil – 15 ribu
 
Si masakan asli Solo ini terkenalnya karena mirip gulai tapi bedanya kalo tengkleng biasanya isinya bukan daging, tapi tulang yang masih ada dagingnya. Nah, disini ada varian tengkleng yang isinya kikil juga. Presentasinya mirip sama soto Betawi, warna kuahnya agak kuning kecoklatan gitu tapi pas dimakan, wuih rasanya mantab, campuran manis dan pedas gitu. Isinya si tengkleng ini ada kikil, irisan tomat hijau, kol, dan cabe rawit. 

chopstickGulai Sapi – 14 ribu
 
Makanan khas Indonesia yang terkenal karena warna khasnya kuning yang berasal dari kunyit ini juga disajikan cukup enak disini. Namun sayangnya kuahnya terlalu encer, jadinya malah seperti soto. Biasanya kalau santannya banyak, gulai itu pasti pekat teksturnya. Tapi so far enak, kuahnya gurih dan aroma khas rempah-rempah Indonesianya – kunyit, jahe, pala terutama – terasa banget. Daging sapinya pun empuk sekali. 

chopstickSate Ayam – 16 ribu
Great!
  Great!
Naahh ini baru namanya masakan Indonesia. Sumpah ya ini jujur bukan opini saya aja tapi teman-teman saya pun bilang ini sate JUARA BANGET! Tau apa yang bikin juara? Bumbu kacangnya! Bumbunya kental, pekat dan berasaaa banget kacangnya. Baru kali ini deh saya nemuin sate dengan bumbu kavang yang asli, biasanya mah bumbu kacang yang agak encer dan rasa kacangnya nggak terlalu terasa. Jadinya bumbunya mirip bumbu kacang gado-gado yang masih belum ditumbuk lho hihihi. Dagingnya pun full daging ayam, nggak ada tuh sisipan kikil atau tetelan kayak di tukang sate pinggir jalan. Mantab!

chopstickFanta Susu, Es Teh dan Es Jeruk – 3 & 6 ribu
 
Minuman yang seru buat ngelengkapin makan siang kami. Fanta susunya seger deh!
Untuk masalah harga, disini very reasonable and cheap! Aneka soto Ngawi dibanderol Rp10000 untuk ayam dan Rp11000 untuk sapi. Aneka tengkleng dibanderol Rp15000, Gulai Sapi dan Ayam Rp14000, Sate Ayam dan Kambing Rp16000, aneka nasi goreng Rp10000 – 14000. Untuk cemilan seperti gorengan, empek-empek, tahu goreng dibanderol Rp2000 – 7000 sedangkan untuk minuman seperti es teh manis, soft drink, kopi hanya Rp2000 – Rp7000.

Jam operasi rumah makan ini dari jam 10.00 – 22.00 WIB. Parkiran agak sempit karena halamannya di pinggir jalan, tapi kamu bisa parkir paralel sih di pinggir jalan. So, buat kamu yang suka makanan khas Indonesia langsung saja meluncur ke daerah Depok, tepatnya di Jalan Margonda No. 404, tepatnya diseberang Universitas Gunadarma, Depok.
 http://id.openrice.com/jakarta/restaurant/sr2.htm?shopid=25823

DRAG BIKE 2011 | Alun-alun NGAWI

DRAG BIKE 2011 | Alun-alun NGAWI

Kejuaraan Drag Bike maupun drag race yang digelar Bols Automotive Club (BAC ) secara prestasi layak mendapat acungan jempol. Apalagi kejuaraan tersebut sangat bermanfaat untuk melakukan pembinaan dan sekaligus pembibitan atlet motor Drag dan yang lebih pentingnya lagi untuk mengadopsi hoby para remaja akan balapan liar yang tidak jarang malah menelan korban jiwa.

Ngawi. Hari ini Minggu (20/02/2011), sebanyak 300 starter akan berjibaku dalam kejuaraan Bols Drag Bike putaran pertama di tahun ini di sirkuit Jl. Teuku Umar, Ngawi. Memperebutkan trophy juara kelas, para draser itu juga memperebutkan poin peringkat klasemen sementara dari total seri. Menurut Ketua Panitia Penyelenggara Bambang Haribowo pada putaran pertama kali ini para draser akan berjuang merebutkan waktu tercepat. “ Sudah jelas kami yakin pada putaran pertama kali ini akan berlangsung persaingan sengit dan ketat.pasti masing- masing draser beradu kuda besi untuk mencatatkan waktu tercepatnya, karena menjuarai putaran pertama punya gengsi tersendiri bagi seorang pembalap” kata Bambang Haribowo. Tambahnya, pembalap yang tampil di sirkuit semi permanent Jl Teuku Umar Ngawi saat ini, menurut Bambang, tidak hanya pembalap lokal namun juga sederet pembalap drag tingkat nasional seperti Agung Unyil dari Sidoarjo, Eko Sulistiyo, Eko Kodok dari Semarang,Andi Memet dari kota tuban-Jawa Tengah, Ricko Bonchel dari kota Surabaya, Taufik dari Jogyakarta dan Deni dari kota Boyolali Jawa Tengah.

Dengan hadirnya para pembalap drag nasional yang baru tampil dalam final Kejurnas Drag Bike 2010 lalu di Jakarta, kejuaraan drag bike putaran pertama yang merebutkan total hadiah 90 juta, terlihat para draser memacu kuda besinya berlangsung seru apalagi ditambah suasana di lokasi sirkuit cukup panasKetua Ikatan Motor Indonesia (IMI) Jawa Timur,H. Anton Abdullah, dikesempatan yang sama mengatakan kejuaraan drag bike maupun drag race yang digelar Bols Automotive Club (BAC ) secara prestasi layak mendapat acungan jempol. Apalagi kejuaraan tersebut sangat bermanfaat untuk melakukan pembinaan dan sekaligus pembibitan atlet motor drag dan yang lebih pentingnya lagi untuk mengadopsi hoby para remaja akan balapan liar yang tidak jarang malah menelan korban jiwa. Lanjut H.Anton Abdullah, selama sepuluh tahun terakhir kejuaraan drag yang dimotori BAC sudah melahirkan pembalap kaliber nasional sehingga adanya kejuaraan kuda besi seperti ini harus dipertahankan keberadaanya. Jumlah total seri kejuaraan drag yang digelar BAC yang menjadi kalender tahunan IMI Jatim 2011 sudah melahirkan lima seri kejuaraan drak race dan tujuh seri kejuaraan drag bike sehingga pihak IMI mendukung pembinaan terhadap para draser.