Ritual Keduk Bedji Wisata Tawun Ngawi

 
Ritual tahun upacara adat Keduk Beji digelar masyarakat desa Tawon Kec. Kasreman Ngawi, pada Selasa Kliwon, 04/10/2011 kemarin. Upacara Keduk Beji ini, merupakan salah satu cara untuk melestarikan adat budaya penduduk Desa Tawun sejak jaman dulu.
Dalam ritual adat ini, seluruh pemuda desa terjun ke kolam untuk mengeluarkan kotoran dari dalam sumber mata air yang bernama Beji. Sumber air ini digunakan untuk menyuplai air kolam renang di tempat wisata Tawun dan untuk mengairi lahan pertanian penduduk sekitar, setiap tahunnya. Antusiasme warga sangat luar biasa pada prosesi adapt ini, terbukti dengan ribuan warga yang menonton sejak pagi hingga siang hari.
“Tujuan utamanya adalah mengeduk atau membersihkan Sumber Beji dari kotoran. Karena di sumber inilah letak kehidupan penduduk Tawun, serta melestarikan lingkungan. Dan diharapkan masyarakat Tawun dapat menanam pohon untuk melestarikan sumber air. Disamping itu tradisi ini untuk nguri-uri budaya leluhur” ungkap Suryo Wirawan Kades Tawun.
Menurut dia, inti dari ritual ini, terletak pada penyilepan atau penyimpanan kendi di pusat sumber air Beji. Pusat sumber tersebut terdapat di dalam gua yang terdapat di dalam sumber. “Setiap tahunnya, kendi di dalam sumber diganti melalui upacara ini. Hal ini dimaksudkan, agar sumber air Beji tetap bersih,” katanya menjelaskan.
Ritual ini berawal dari pengedukkan atau pembersihan kotoran di dalam sumber Beji. Seluruh pemuda desa terjun ke air sumber untuk mengambil sampah dan daun-daun yang mengotori kolam dalam setahun terakhir. Dalam proses ini, diwarnai mandi lumpur oleh para pemuda yang terjun ke air. Mandi lumpur ini dipercaya warga desa setempat untuk membersihkan badan kita. Selain itu, mandi lumpur dipercaya dapat awet muda dan sehat.
Setelah itu, ritual dilanjutkan dengan penyilepan kendi ke dalam pusat sumber. Setelah itu, penyiraman air legen ke dalam sumber Beji dan penyeberangan sesaji dari arah timur ke barat sumber.
Sesaji berisi makanan khas Jawa seperti, jadah, jenang, tempe, yang ditambah buah pisang, kelapa, bunga, dan telur ayam kampung. Selama penyeberangan sesaji, para pemuda yang berada di sekitar sumber Beji berjoged dan melakukan ritual saling gepuk (pukul) dengan diringi gending Jawa.
Ritual tahunan ini diakhiri dengan makan bersama Gunungan Lanang dan Gunungan Wadon yang telah disediakan bagi warga untuk “ngalub” (meraih) berkah. Warga saling berebut makanan yang dipercaya bisa mendatangkan berkah dan keberuntungan bagi kehidupannya kelak.